BSIP Lahan Rawa Hadiri Local Coordinating Meeting CDCSU di Kalimantan Tengah
Palangkaraya, 3 Oktober 2024 - BSIP Lahan Rawa menghadiri Local Coordinating Meeting (LCM) "Crop Diversity Conservation Sustainable Use (CDCSU)" yang diselenggarakan di Aula Pertemuan BSIP Kalimantan Tengah. Acara ini dibuka oleh Kepala BBPSI Biogen, Arif Surahman, S.Pi., MSc., Ph.D., dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Koordinator KSHOH, Kepala Balai BSIP Kalimantan Tengah, Perwakilan FAO Representative in Indonesia and Timor Leste, Mr. Rajendra Aryal, serta para praktisi dan pemerhati lingkungan. Sebanyak 70 peserta turut berpartisipasi, dengan 60 peserta hadir secara langsung dan 10 peserta lainnya mengikuti secara daring.
Proyek CDCSU, yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) ke-7, menempatkan Kalimantan Tengah sebagai salah satu lokasi utama selain Jawa Tengah dan Maluku Utara. Dipilihnya Kalimantan Tengah didasarkan pada tingginya keanekaragaman varietas padi dan umbi-umbian, serta komitmen pemerintah daerah terhadap pelestarian sumber daya genetik (SDG) lokal. Program ini bertujuan untuk mengkarakterisasi tanaman lokal dan kerabat liarnya serta meneliti senyawa yang terkandung untuk kemudian dilakukan upaya konservasi. Langkah ini diambil untuk mencegah kepunahan akibat aktivitas manusia dan mengoptimalkan potensi sumber daya tersebut demi kesejahteraan masyarakat.
Sumber daya genetik lokal mencakup varietas tanaman, jenis hewan, dan mikroorganisme yang perlu dilindungi. Konservasi ini diharapkan tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi, menambah pengetahuan tradisional, dan membuka peluang usaha baru. Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah siap membangun kerjasama penelitian dan pengembangan inkubator bisnis untuk menciptakan wirausaha lokal dan membuka lapangan pekerjaan.
Dalam konteks masyarakat Dayak, padi—terutama varietas lokal—telah lama diusahakan melalui sistem peladangan berpindah dan memainkan peran penting sebagai makanan pokok serta mempererat hubungan sosial masyarakat. Berbagai ritual tradisional turut menyertai proses berladang, mulai dari pemilihan lokasi, pembukaan lahan, penanaman, hingga panen dan pasca panen. Selain itu, padi lokal juga dimanfaatkan sebagai bahan non pangan, seperti kosmetik.
Salah satu contoh pemanfaatan padi lokal dalam industri non-pangan adalah produk kosmetik yang dihasilkan oleh Akiko Borneo, sebuah merek yang didirikan oleh Bapak Timotius Pasaribu. Produk ini memanfaatkan beras lokal yang memiliki tekstur lebih lembut dan mudah dihaluskan dibandingkan dengan beras dari varietas introduksi. Hal ini membuktikan bahwa keragaman genetik padi lokal Kalimantan Tengah memiliki keunggulan yang dapat dioptimalkan dalam berbagai sektor.
Kerjasama yang baik antara masyarakat, pemangku kepentingan, dan pemerintah daerah dalam mengelola SDG lokal diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan, keamanan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.(YL)